Minggu, 19 Oktober 2014

Batas-batas Atterberg "Mekanika Tanah"


Batas-batas Atterberg

Pemeriksaan Batas-batas atterberg meliputi :
A. Pemeriksaan Batas Cair (Liquid Limit)
B. Pemeriksaan Batas Plastis (Plastic Limit)
C. Pemeriksaan Batas Susut (Shrinkage Limit)
Ad. a. Pemeriksaan Batas Cair (Liquid Limit)
Batas Cair adalah kadar air yang mana konsistensi tanah mulai berubah dari keadaan plastik ke keadaan cair.
Flow Curve (Kurva Kelelahan)
Buatlah Flow curve yang merupakan hubungan antara kadar air dan jumlah pukulan yang terjadi. Kadar air merupakan ordinat dengan skala linier dan jumlah pukulan merupakan absis dengan skala logaritma. Hubungkan titik-titik yang diperoleh sehingga didapatkan suatau garis lurus, kalau tidak bisa ambillah suatu garis lurus yang mewakili titik-titik yang diperoleh. Garis ini disebut dengan Flow curve.
Liquid Limit (Batas Cair)
Liquid limit adalah kadar air yang diperoleh pada jumlah pukulan 25 kali, yang bisa diperoleh dengan bantuan Flow Curve yang telah dibuat.
Ad. b. Pemeriksaan Batas Plastis (Plastic Limit)
Batas Plastis adalah kadar air yang merupakan batas antara konsostensi tanah dalam keadaan semi plastis dan keadaan plastis.
Ad.c. Pemeriksaan Batas Susut (Shrinkage Limit)
Batas susut adalah kadar air dimana konsistensi tanah tersebut berada antara keadaan semi plastis dan kaku, sehingga jika diadakan pengurangan kadar air, tanah tersebut tidak akan berkurang volumenya.

Batas-batas Atterberg

Batas Atterberg diperkenalkan oleh Albert Atterberg pada tahun 1911 dengan tujuan untuk mengklasifikasikan tanah berbutir halus dan menentukan sifat indeks property tanah. Batas Atterberg meliputi batas cair, batas plastis, dan batas susut.

Tanah yang berbutir halus biasanya memiliki sifat plastis. Sifat plastis tersebut merupakan kemampuan tanah menyesuaikan perubahan bentuk tanah setelah bercampur dengan air pada volume yang tetap. Tanah tersebut akan berbentuk cair, plastis, semi padat atau padat tergantung jumlah air yang bercampur pada tanah tersebut. Batas Atterberg memperlihatkan terjadinya bentuk tanah dari benda padat hingga menjadi cairan kental sesuai dengan kadar airnya. Dari test batas Atterberg akan didapatkan parameter batas cair, batas plastis, batas lengket dan batas kohesi yang merupakan keadaan konsistensi tanah. Batas-batas Atterberg dapat dilihat pada gambar berikut :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9FuELPpzHcq6XxoyJw3lURn8oOFsQTkDPu1iqudZaB7rmc8OQW3yJ5B_Mh3ffRr5s8CVbGHFWwe79Ixdr978zQIUCdvl80cVZOVdewMFzjQ051IqPxzkCIT2DtsqYf-cstQuqQYm9/s400/Gambar+4.JPG

1) Batas Cair (Liquid Limit)

Batas cair (LL) adalah kadar air tanah yang untuk nilai-nilai diatasnya, tanah akan berprilaku sebagai cairan kental (batas antara keadaan cair dan keadaan plastis), yaitu batas atas dari daerah plastis.

2) Batas Plastis (Plastic Limit)

Batas plastis (PL) adalah kadar air yang untuk nilai-nilai dibawahnya, tanah tidak lagi berpengaruh sebagai bahan yang plastis. Tanah akan bersifat sebagai bahan yang plastis dalam kadar air yang berkisar antara LL dan PL. Kisaran ini disebut indeks plastisitas.

3) Indeks Plastisitas (Plasticity Index)

Indeks Plastisitas merupakan interval kadar air, yaitu tanah masih bersifat plastis. Karena itu, indeks plastis menunjukan sifat keplastisitas tanah. Jika tanah mempunyai interval kadar air daerah plastis kecil, maka keadaan ini disebut dangan tanah kurus. Kebalikannya, jka tanah mempunyai interval kadar air daerah plastis besar disebut tanah gemuk. Nilai indeks plastisitas dapat dihitung dengan persamaan berikut ini :

IP = LL - PL

Batasan mengenai indeks plastis, sifat, macam tanah dan kohesi diberikan oleh Atterberg terdapat dalam tabel berikut ini:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9KiuryqA1KeQRll5jvNMP3y-lmil9DAxhS4T-BlhRjiXbxC4sZjOaikJja3JfHm8ND2R4DxnoqE-T4Efw41wrebdGSRCBFbn9nuXkxRH81zBftnqXsJo6KZBBjb0dVEd-e8hRfsLm/s400/Gambar+3.JPG

4) Batas Susut / Shrinkage Limit (SL)

Kondisi kadar air pada kedudukan antara daerah semi padat dan padat, yaitu prosentase kadar air dimana pengurangan kadar air selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan volume tanah disebut Batas Susut.

SL = (V0/W0 - 1/Gs) x 100%

Keterangan :
SL = batas susut tanah
V0 = volume benda uji kering
W0 = berat benda uji kering
Gs = berat jenis tanah

2 komentar: